Pertama adalah, helloow saya sudah di tingkat akhir dan sedang
di-godok untuk menciptakan masalah, kemudian mengekplorasinya dan
kemudian menganalisanya dan kemudian mencerabut benang merahnya dan
kemudian jadilah Latar Belakang Masalahnya, dan kemudian satu BAB, dua
BAB, tiga BAB, empat BAB, lima BAB, ujian Komprehensif (di hadapkan
kepada lima dosen yang siap menerkam saya dengan pertanyaan “apa saja
yang kamu tahu tentang A-K-U-N-T-A-N-S-I) dan seterusnya dan seterusnya
dan di Sidang, Ya Rabb… mudahkanlaah. SEKERIPSI Hamba besok.
Kedua
adalah, tiba-tiba saja muncul sederetan impian-impian yang pernah saya
tulisin dimana-mana (di kertas gorengan lah, di binder lah, di belakang
buku orang lah, di gadget lah, di komputer lah, di dinding lah) saking
banyaknya impian jadi selagi ingat main tulis aja sana-sini, alhasil
kelabakan karena kebanyakan mimpi yang hanya di ukir indah-indah di
mana-mana tanpa melakukan aksi yang bisa mengubah segalanya. Jreng…
jreeng.
Ketiga adalah, impian-impian yang muncul
begitu mendominasi dan menyemangati diri, betapa saat ini saya sudah
berada di ujung ujian lagi, dan setelah ujian nanti saya jadi apa dan
mau kemana lagi. Well, seperti biasanya sedari dulu kala saya, kita
tentunya terbiasa dengan ujian. Ujian kelulusan TK mau masuk SD lah,
EBTANAS lah, UN SMP lah, UN SMA lah dan saya for the fifth times akan
menghadapi segala tetek bengek sebelum akhirnya diwisuda es satu. Momen
seperti ini selalu ajaib, karena selalu banyak ide dan kecerdasan baru
muncul di saat-saat terakhir. Payah, lagu lama yang belum berubah.
Kreatifitas datang disaat mendesak, saat deadline, sistem kebut semalam,
kacau beliau. Seperti dibangunkan dari tidur yang panjaaang… hoaaamh.
Ayo kowe kudu semangat !
Keempat adalah saya
merasa ingin sekali seumur hidup saya untuk selalu belajar. Kalau saya
sudah wisuda nanti, berarti saya sudah berhenti merasakan bangku kuliah
lagi dong, dan gak ada lagi petuah-petuah dari guru-guru yang hebat yang
sering banget memberi saya banyak input yang positif. Fikiran jadi
fresh berasa di re-charge ulang. Kemana lagi saya harus mencari guru? Ah
iya terkecuali jika saya dapat merasakan jenjang yang lebih tinggi
lagi, yakni es dua dan es tiga. (Amiin, insya Allah)
Kelima
adalah menurut beliau salah satu guru ajaib yang saya miliki dan kenali
di kampus tercinta bahwasannya kita harus selalu menjadi makhluk
optimistis dikarenakan ‘jika ingin merubah sesuatu, ledakkanlah dengan
sesuatu yang lebih besar’. Besar pengorbanannya, besar kerja kerasnya,
besar keinginannya, besar kesabarannya, besar keteguhannya, kegigihannya
dan ikhtiarnya. High risk high return. Jadi, tolong dikepakkan lagi ya
sayap-sayap asa dan direkatkan kembali yang mungkin telah rapuh
menggunakan jiwa husnuzan yang tinggi kepada-Nya. Don’t be afraid, gak
salah, gak belajar. Hidup ini harus terus bergerak seperti cacing
kepanasan, yaa gak tahan lah kalau diam, diam begitu saja tanpa
menggarap harapan yang telah lama diam di jiwa. Oo tidak bisa!
Ketujuh
adalah, jika telanjur terkapar dalam jurang kegagalan, ih itu mah basi.
Ciptakan saja opsi-opsi lain. Cari celah, jelajah segala arah. Harus
seperti main game lah, jangan mau kalah. R-U-G-I-B-A-N-D-A-R. Mau tidak
mau, suka tidak suka besoknya ada hari-hari yang musti dijalani. Ada
opportunity banyak, berantakan dimana-mana. Tinggal di ambil menggunakan
Strength, atau Super Power yang ada dalam diri masing-masing. Ah Gak
ada? Ah Gak bisa?
BISA kok !
Keenam
adalah, jleb dari segala jleb adalah saya dikirimi artikel oleh kawan
tentang mengajak kembali perempuan kepada fitrahnya. Yakni menjadi
madrasah bagi anak-anaknya. Itu yang di atas tentang es dua saya es tiga
saya dan salah satu impian saya untuk menjadi superwoman dalam bidang
yang sedang saya pelajari saat ini sepertinya serasa akan sia-sia. Eh
siapa bilaaaaang !
Menjadi madrasah di rumah bagi anak-anaknya
memang tak butuh belajar? Beuh harus ekslusif malah, harus cerdas.
Caranya? Ya belajar.
Maka mari ubah mainstream tentang
kuliah=naik jabatan=naik gaji (duniawi)
dengan
kuliah=naik jabatan=naik gaji (ukhrowi) ++
Karena masih banyak sekali desas-desus di kiri kanan saya yang berkata “eh sayang lho kamu kuliah kalau cuman kembali ke dapur”
Jangan
salah, saya sih maunya main cantik, walaupun cuman ke dapur yah harus
berilmu dong. Bagaimana cara menghitung persediaan bumbu-bumbu di dapur
lah, agar suami kelak tidak cemberut karena istrinya belanja bulanannya
seminggu sekali, hihihi. Pokoknya akan saya kait-kaitkan dengan
Akuntansi (spesialisasi saya saat ini) *That’s just a little part from
my real Big DREAMS*
Dan tidak akan pernah ada ilmu yang sia-sia.
Sekarang
saatnya gemar menabung ilmu, sembari menunggu si tampan yang lagi Allah
umpetin buat saya kelak jika sudah saatnya *tersenyum menganga*
Saya siap kembali kepada fitrahnya, saya siap :D
Catatan
Si Asti yang sedang berduka karena kebanyakan nonton filmnya daripada
mbacanya akhir-akhir ini sehingga otaknya rada menumpul -__- ini
mbahaya, tak boleh dibiarkan
Djakarta sembilan belas September dua ribu tiga belas.
berikut link yang bikin lebih Jleb lagi...
Akhirnya
BalasHapusWahaaahaaaha
BalasHapus