I'll do my best.

Benarkah ini tahun 2013?
Alhamdulillah nadi ini masih mengalirkan darah yang mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Dibantu dengan segala hal yang bagi manusia adalah sesuatu yang rumit namun mudah saja bagi-Nya. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki 'mereka bekerja' sesuai perintah-Nya. Membuat manusia bernafas, bergerak, tertawa, menangis, serta menulis. Ya, menulis ini pun atas kuasa-Nya.
Aku ingin berterima kasih yaa Rabb :)

Tadi malam aku tiba dari kampuang ke Negeri Rantau ini, Jakarta. Kota besar yang membantu proses pendewasaanku. Aku kuliah, aku kerja semua dilakukan di Negeri Rantau. Beberapa tahun yang lalu saat aku beranjak dari bangku SMA Negeri inilah tempat transitku selanjutnya.
Sudah beribu malam terhitung semenjak aku kuliah di sini, otomatis jauh sama Mama. Tidak seatap lagi, tidak satu radius lagi. Padahal waktu itu, masih bisa kudengar deru nafasnya saat ia terlelap, masih bisa tercium aroma tubuhnya.
Selama 18 tahun tidak pernah jauh dari Mama. Ah, mengapa baru sadar sekarang? Bahwa sejak kedatanganku ke sini, sejak saat pula aku tidak memiliki 'satu tahun sempurna' yang dilalui bersama Mama. Aku bukan di kampuang lagi... Mama jauuuh...
Dalam setahun hanya pulang menemui Mama saat liburan saja. Bertemu beberapa kali saja.
365 hari - (7 hari x 3) = 344 hari tanpa Mama. Banyak sekali jumlahnya.
Pantas saja Mama sering menangis saat liburanku usai dan harus kembali ke Negeri Rantau. Hanya 21 hari dalam setahun aku berjumpa dengannya.
Bisa saja aku kuliah di kampung halamanku saja, jadi bisa terus satu atap dengan Mama. Namun kehendak-Nya berkata lain, inilah cara-Nya mendidikku supaya aku menjadi manusia dewasa.
Tapi apakah aku telah benar-benar dewasa? Padahal setiap 21 hari itu aku berubah menjadi anak manja, anak Mama, jahil mengganggu adik bahkan sampai membuat Mama jengkel.
"Kamu ini sudah dewasa, kenapa harus bertengkar sama adikmu hah? Seharusnya kalian akur, nanti kalau Mama tiada bagaimana..."

Duhai, betapa bebalnya jiwa ini. Normalkah tindakanku? Apa ini artinya aku belum dewasa?

Ma, sebenarnya rasanya mau sekali untuk mengakui bahwa aku sayang adikku, aku sayang Mama. Kalau aku sering jahil bukan karena aku membenci adikku, bukan Ma, tapi karena aku terlalu rindu, sehingga tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan sayang ini dengan benar.
Lihatlah ketika adik menangis, aku malah tersenyum penuh kemenangan. Bagiku tangisannya adalah haru, karena dia sadar kakaknya benar-benar menyayanginya. Maafkan aku Mama.

7 hari kemarin aku lupa bilang 'kangen' sama Mama, tapi semoga saja Mama mengerti bahasa tubuhku. Malah Mama lebih memahami aku daripada diriku sendiri.

Ma, bagaimana ya nanti setelah aku lulus kuliah? Aku mungkin akan menikah kan Ma?
Artinya 18 tahun saja aku bersama Mama?
Ah, rasanya masih kurang, sepertibaru kemarin saja Mama mengucir rambutku di atas kepalaku seperti pohon kelapa.
Tapi, kata orang, rumah seorang istri.adalah dimana suaminya berada. Awamku merasa ini tidak adil. Mengapa harus jauh-jauh dari orang tua? Aku bisa tidak ya, Ma?
Ah, jauh sekali alam pikiranku menerawang. Bukankah seharusnya menebas ilalang yang ada di depan mata.

Mama, makasih banyak chicken nugget, ayam ungkeb, sari kelapa, tahu goreng, bubur ayam, semur daging, nasi liwet, sop kaki sapi, cumi pete, roti isi selai kacang, bakso, nasi goreng, pepes ayam, gorengan bala-bala, ikan bakar, rambutan, mie ayam, es goreng, cimol, teh manis, tahu pedas yang kita makan bersama-sama kemarin.

Tunggu aku liburan mendatang ya Ma.

I'll do my best :)


Your lovely daughter.

Komentar