Spekulatif

Masa Puncak Spekulatif

Selain berespon terhadap sekumpulan faktor yang secara masuk akal dapat diharapkan mempengaruhi laba perusahaan, harga saham sering bergerak ke atas atau ke bawah dengan sendirinya, di dorong oleh spekulasi.

Dalam masa puncak (boom) pasar saham yang besar, orang mulai mengharapkan kenaikan harga saham dan bergegas membeli sementara saham masih murah. Tindakan ini mengangkat harga saham dan menghasilkan laba modal yang membenarkan harapan semula. Situasi ini merupakan contohharapan yang terwujud sendiri (enak ya...). investor menjadi kaya di atas kertas, dalam pengertian bahwa nilai pasar saham mereka naik. Menghasilkan uang sekarang tampak mudah bagi orang lain, yang juga bergegas membeli saham, dan pembelian baru mendorong harga naik lebih jauh. Pada tahap ini, current earning (perhatian pada pendapatan sekarang) terus berlanjut. Jika selembar saham dapat menghasilkan misalnya 50 persen laba modal dalam satu tahun, maka pendapatan sekarang yang kecil terhadap harga pembelian saham tidak terlalu jadi soal kan?. Semua orang ‘menghasilkan uang’ sehingga lebih banyak orang menjadi tertarik pada peluang menjadi kaya dengan cepat, hehe *pasangmukamatre*. Upaya mereka membeli saham mendorong harga naik lebih jauuuh (nah lho). Dalam masa puncak spekulatif seperti ini, pendapatan sekarang merupakan presentase hasil yang terus menurun terhadap harga saham sekarang.

Laba modal dapat menjadi begitu menarik sehingga investor mungkin membeli saham atas marjin, yaitu meminjam uang untuk membelinya, dengan menggunakan saham itu sendiri sebagai jaminan untuk pinjaman. Dalam melakukan ini, banyak investor mungkin meminjam uang dengan suku bunga yang jauh melebihi hasil dividen sekarang.

Walaupun, meskipun, sekalipun $50.000 dipinjam dengan bunga 10 persen (artina, pembayaran bunga sebesar $5.000 per tahun) untuk membeli saham yang menghasilkan dividen hanya 4 persen (artinyo, penerimaan dividen sebesar $2.000 per tahun), logika investor mengatakan “tidak apa-apa” alias “no what what” alias “cingcay lah” alias “no problemo, karena eh karena, saham dapat dijual dalam satu tahun atau lebih dengan laba modal yang lumayan dan lebih besar daripada $3.000 untuk pembayaran bunga yang tidak tertutup oleh pembayaran dividen

Ada orang yang beruntung atau memiliki pertimbangan yang baik untuk menjual saham mereka ketika pasar mendekati puncaknya, dan mereka benar-benar menghasilkan uang bin money (bukan daun seledri). Yang lain menunggu dengan antusias untuk mendapatkan laba modal yang lebih besar lagi, dan sementara itu mereka menjadi semakin kaya dan semakin kaya—di atas kertas.

Finnaly, sesuatu memutus periode optimisme tanpa kendali tersebut. Beberapa investor mungkin mulai khawatir mengenai harga saham yang sangat tinggi dalam kaitan not only dengan hasil sekarang but also dengan kemungkinan hasil masa datang, bahkan ketika ada kelonggaran yang besar sekali untuk pertumbuhan. Atau mungkin saja terjadi harga saham menjadi tertekan sedikit ketika cukup banyak orang mencoba menjual saham mereka untuk mewujudkan laba modal mereka. Ketika mereka menawarkan di saham pasar, you know what? Mereka tidak dapat menemukan pembeli tanpa menurunkan harga atuh ! Bahkan penurunan harga yang sedang saja mungkin sudah cukup mempengaruhi yang lain untuk menjual. Namun, setiap saham yang dijual harus dibeli oleh seseorang. Banyak penjual mungkin tidak menemukan pembeli baru dengan harga yang berlaku sehingga menyebabkan harga turun. Penjualan panik pun mungkin terjadi. (haha, kalo udah panik pasti seru)

Orang yang meminjam $50.000 untuk membeli saham menjelang puncak pasar mungkin mendapatkan nilai kertas sahamnya merosot di bawah $50.000. Bagaimana kumaha ia akan membayar kembali pinjaman nya ? (Hayo loh, nangis2 ntar) yaa, walaupun orang ini tidak khawatir tentang pinjamannya, pialangnya pasti akan khawatir. Ia sekarang mungkin bersedia menjual sebelum rugi terlalu banyak, atau pialangnya mungkin yang menjualkannya untuk membayar pinjaman tersebut. I guess, semua ini menyebabkan harga turun lebih jauh lagi. Jika ada cukup banyak orang yang berpikir bahwa harga akan turun, upaya mereka menjual dengan harga sekarang yang tinggi akan menyebabkan penurunan harga, dan harapan ini menyebabkan penjualan.

Perilaku spekulatif berarti bahwa harga pasar saham tidak selalu benar-benar mencerminkan hal-hal mendasar dibalik kemampulabaan perusahaan yang diharapkan; dalam pengertian ini, pasar saham kadang dikatakan dinilai berlebihan (overvalued) atau dinilai terlalu rendah (undervalued). Akan tetapi sulit ditentukan sejauh mana suatu penilaian berlebihan atau kurang, dan karenanya sulit untuk meramalkan kapan, dan berapa besar, harga yang “sebenarnya.”

So, apakah Pasar Saham, Pasar Investasi atau Perjudian ?

Pasar saham memenuhi banyak fungsi penting. Pengumpulan modal yang diperlukan untuk membiayai perusahaan modern tidak mungkin dilakukan dalam sistem pemilikan perorangan tanpa adanya pasar saham. Akan tetapi jelas bahwa pasar saham juga menimbulkan daya tarik yang tidak menguntungkan bagi banyak investor yang naif, yang mimpinya untuk menjadi cepat kaya lebih sering buyar dengan jatuhnya harga sesudah masa puncak spekulatif yang sebenarnya mereka bantu ciptakan.

Sampai jangkauan tertentu, kebijakan pemerintah berusaha mengendalikan ekses spekulasi pasar saham melalui pengawasan penerbitan saham. Kebijakan pemerintah antara lain berusaha mencegah informasi yang curang atau menyesatkan dan perdagangan oleh “orang dalam” (orang dalam perusahaan yang memiliki informasi rahasia). Lebih jauh, peraturan tersebut dapat membatasi kemampuan spekulator untuk berdagang di atas marjin. Akhirnya, pasar saham adalah pasar riil sekaligus tempat perjudian. Seperti dalam semua situasi perjudian, para pemain yang kurang memiliki informasi dan kurang cerdik dibandingkan pemain rata-rata cenderung menjadi pecundang dalam jangka panjang.

Bagaimana pendapat anda ?

Subhanaka Allahuma wabihamdika ashaduanla ilah ilaanta astagfiruka waatubu ilaik.

Komentar