Mahluk Ekonomi


Mahluk Ekonomi?

Ga usah takut, ini hanyalah sebuah tulisan yang entah mau dibuat panjang atau dibuat pendek, yang jelas jemari ini masih aktif membawa saya menjelajahi papan keyboard, mudah-mudahan sih istiqomah meskipun yang nantinya keluar jadi tulisan apa, saya bener-bener gak tau...


Ini dia tema nya tentang mahluk ekonomi, sering denger banget dosen Akuntansi bilang :

"memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dari modal sekecil-kecilnya"

ada pertengkaran di otak ketika hari berikutnya ketemu dosen Manajemen, beliau bilang :

"Kalau modalnya kecil, resikonya kecil, dan keuntungannya pun kecil... Kalau modalnya besar, resikonya besar, maka keuntunganya pun besar..."

dari sini saya berbengong-ria bersama kawan-kawan semua. ckakakak...
jadi saya harus kasih modal berapa nih buat proyek ini? ceileeeeee gayanya. ^^v


dari dua pendapat diatas saya kali ini ingin cenderung ke :

"Kalau modalnya kecil, resikonya kecil, dan keuntungannya pun kecil... Kalau modalnya besar, resikonya besar, maka keuntunganya pun besar..."

masalahnya gini, eh bentar ini gak ada hubungannya sama Ekonomi yak, santai saja...
jadi ketika kita dihadapkan pada dua pilihan atau sedang dihadapkan pada satu masalah yang memiliki 2 solusi yang harus dipilih, kita cenderung memakai prinsip modal kecil, resiko kecil, untung kecil atau modal besar, resiko besar, untung besar ?


Nah Lhoooo, berfikiiiiirrrrrrrr...

Saya sih, emmmmhhhh....




Saya ambil, modal besar, resiko besar dan untung yang besar pula tentunya. Ini menggambarkan anda adalah seorang kapiten mempunyai pedang panjang, kalau berjalan prok-prok-prok... Lho???

Ada satu masalah, masalahnya saya gak tau masalahnya apa...

Jadi begini, ketika anda dihadapkan pada suatu masalah, jangan pernah ragu ataupun bimbang untuk mengambil resiko terburuk, karena biasanya miracle itu datangnya gak gratisan, tapi musti melewati terjal. Ingat seperti Allah Azza Wa Jalla berfirman :

"Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur" (Qs 5:6)

dewasa ini, segalanya sudah serba mudah... rasanya jarang ada kesulitan berarti menimpa diri kita, mau menjelajah ke Jepang tinggal Klik pake mbah google, mau minum air dingin tinggal pencet di dispenser, mau masak nasi tinggal kasih air di rice cooker, apalagi coba? beda banget sama jaman dulu yang mau buang hajat saja mesti mendaki gunung lewati lembah...

maksud saya begini, orang yang di Karuniai Musibah oleh Allah, maka ia adalah orang yang sangat beruntung, karena ia lebih disayang Allah, Allah lah yang langsung memberi mereka peringatan supaya tidak lupa kewajibannya sebagai hamba-Nya.

Trus, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman lagi :

"Manusia tidak jemu
memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan" (Qs 41:49)



Ya, kita hanya sering meminta dihindarkan dari masalah, bukan meminta kekuatan agar mampu menghadapi cobaan yang diberikan-Nya.

Hubungannya dengan mengambil tindakan untuk memilih resiko yang paling besar adalah, bahwa untuk mencapai derajat taqwa, bukanlah hal yang sangat mudah, setan menyerang dari berbagai arah, namun dibalik rentetan kesulitan-kesulitan itu, percaya disitu ada hadiah istimewa dari Allah, entah itu diberikan langsung di dunia ini taupun di akhirat nanti...








Terimakasih buat Pak Ono Tarsono atas inspirasinya.

Komentar

  1. ya,,,
    sesuatu tuh tidak datang dengan sendirinya,,,,
    melainkan dari Allah atas usaha apa yang sudah kita lakukan sebelumnya,,,
    kata-kata dari monta :
    keajaiban tidak datang dengan sendirinya, melainkan kitalah yang harus mengusahakan keajaiban itu datang kepada kita....:)

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah :)
    jangan terlalu dilihat besar kecilnya dh, yg pnting mendatangkan maslahat bagi semua

    BalasHapus

Posting Komentar