Fase Inferiority Complex

Copas from : Lupa, dari ebook dari Hp pokonya, mohon maaf buat penulis asli, izin share...

Inferiority complex

Apaan tuh?

Perasaan malu (shyness), kehilangan kepercayaan diri (diffidence), sifat takut atau malu-malu (timidity) atau istilah trendnya anak muda sekarang sih MINDER dan NGGAK PEDE

Kok bisa gitu ya?

Pertanyaan itu melintas dikepalaku. Kenapa minder dan nggak PEDE? Kita kan Muslim. Sebelum kita nyari tau obatnya, tentu kita bakalan cari tau dulu sebabnya. Kalo aku pikir-pikir, akar permasalahannya adalah datang dari keimanan. Kita mengalami “erosi” iman, atau banhkan sudah “longsor”.
Perkembangan teknologi, kemajuan zaman, globalisasi, modernisasi, semua ibarat air hujan yang sedikit demi sedikit mengikis keimanan, bahkan dibeberapa kasus air bah yang mengakibatkan longsoran iman, membawa semua keimanan itu dalam aliran bah.
Seiring terkikisnya dan hilangnya keimanan itu, kita mulai meraba-raba, mata mulau melirik, telinga mulai dipertajam, akal pikiran dimainkan.

Buat apa?

Buat mencari pijakan dan pegangan. Dan decak kagum pun muncul, ketika mata menemukan focus yang indah, yang lebih maju dari segi peradaban dan teknologi, namun miskin dari segi rohani, dunia barat. Dunia barat menjadi kiblat, identitas ditunjukkan dengan meniru stylenya barat, gaya hidup berputar 180 derajat. Otakpun mulai melakukan perbandingan dan hitungan matematis, yang sudah pasti presentasenya selalu lebih di barat. Hasilnya, barat adalah “kiblat” dan “figure” yang patut diikuti.

Truz, hubungannya dengan Inferiority Complex itu apa?

Sudah pasti ada. Kalau kita mempelajari Islam, yakin akan keislaman kita, keagungan ajaran islam, Inferiority Complex gak bakalan terjadi. Tapi kondisi sekarang sepertinya cenderung menganggap bahwa islam itu sendiri kolot dan terbelakang, sehingga melahirkan perasaan MINDER dan NGGAK PEDE tadi untuk mengakui keislaman kita. Sebenarnya, anggapan itu keluar, karena kita tidak mau melihat kembali sejarah Islam itu sendiri. Karena kalau dibandingkan dengan masa kejayaan Romawi dan Yunani, kejayaan Islam adalah yang terpanjang dalam sejarah, bahkan perkembangan barat yang diilhami dengan era renaissance pun mengalami fase kekosongan (vacuum). Kita lihat saja betapa banyak ilmu pengetahuan yang lahir dari pemikiran dari para ahli-ahli Muslim.

Di bidang kedokteran, yang kita memandang dunia barat itu sangat maju, padahal banyak sekali kontribusi ahli-ahli kedokteran Islam dari zaman dahulu. Sebut saja, Al Zahrawi (976-1013) yang bukunya menjadi standar bagi Eropa dalam ilmu bedah dan juga anatomi selama berabad-abad, atau Ibnu Al-Quffi (630-1286) yang bukunya itu mengetengahkan masalah traumatologi serta ilmu bedah dari kepala hingga kaki. Kontribusi ahli-ahli kedokteran Islam ini meliputi keseluruhan aspek kedokteran. Atau Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang dikenal sebagai Bapak Kimia, Ibnu Sina (981-1037) yang kontribusinya di berbagai bidang, mulai dari kedokteran, filosofi, eksilopedia, matematika dan juga astronomi.

Siapa lagi?

Ada Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Umar Al-Khayyam dan masih banyak lagi. Kemampuan para ilmuwan islam ini menjadikan sebutan ilmuwan randkap atau eksiklopedia, karena penguasaan mereka terhadap beragam keilmuan. Jadi, apa yang membuat kita MINDER dan NGGAK PEDE dengan sekian banyak kekayaan Islam itu sendiri.

Gimana dengan zaman sekarang?

Bagi yang masih ingat dengan Abdus Salam, peraih nobel fisika tahun 1979, yang penelitian-penelitiannya tidak terlepas dari keyakinannya akan ilmu Allah, dan keyakinannya bahwa Al-Qur’an adalah penuntun dalam segala ilmu. Kalo aku sih memandang ke barat itu boleh saja, tapi kita hanya memandang, sedangkan pegangan kita tetap pada dua pusaka kita, Al-Qur’an dan Hadist.
Barat itu memang maju secara peradaban dan teknologi, tapi rohaninya miskin. Lihat saja negara-negara Eropa yang dari segi tatanan social lebih bagus. Tapi, kemiskinan rohani membuat mereka lelah untuk hidup dan memilih meninggalkan dunia dengan paksa dengan jalan bunuh diri.

Kenapa? Toh mereka sudah maju, peradaban maju dan teknologi nggak kurang modern.

Karena kemiskinan iman gampang sekali mendorong kita ke hal-hal yang seperti itu. Aku pikir, yang bisa kita jadikan perbandingan dan cambuk buat kebangkitan kita itu adalah bagaimana mereka bisa maju, tatanan social mereka yang harmonis, perekonomian mereka yang bagus, pendidikan yang baik, dan sebagainya. Namun, jangan salah, kalau kita mau mempelajari Islam, sebenarnya semua itu sudah ada dalam Al-Qur’an dan Hadist, berikut pula dengan buktinya, yaitu sejarah Kejayaan Islam.

Jadi, jangan lagi berpikiran bahwa orang yang memegang teguh syari’at itu kolot, pergi ke pengajian dianggap kuno, nggak ngeceng di mall disebut kuper dan sebagainya. Aku yakin banget, dengan pemahaman tentang keislaman secara baik akan menghapus segala rasa MINDER dan NGGAK PEDE itu.

Komentar

Posting Komentar